Rabu, 24 September 2014

Belajar untuk Tes Wawasan Kebangsaan -- CPNS 2014

Salah satu gosip yang hangat saat ini adalah gosip-gosip seputar Tes CPNS 2014. Yep, secara ada puluhan ribu kursi yang bisa diperebutkan, banyak banget kaum muda di usia 20-an yang sekarang pasti lagi udah mulai belajar untuk tes CAT (computerized assisted test). 

Aku sendiri juga sedang belajar untuk tes wawasan kebangsaan (TWK) nih. Belajar lagi tentang Pancasila dan UUD 1945 yang adalah dasar negara. Aku juga banyak belajar lagi tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. PPKN dan Sejarah pun melebur menjadi satu. Secara, otak ini cuma berkecimpung dalam dunia engineering selama 10 tahun ke belakang, jadi rada-rada tumpul deh untuk soal hapalan kayak gini. Tapi seru juga sih, jadi kayak bernostalgia sama jaman sekolah dulu. 

Ada beberapa poin-poin menarik yang berhubungan dengan wawasan kebangsaan yang aku temui selama belajar di hari ini: 
  • Rumusan Pancasila terdapat di pembukaan UUD 1945. 
  • Zaken kabinet adalah kabinet yang beranggotakan tenaga-tenaga ahli di bidangnya. 
  • Referendum adalah kegiatan untuk meminta pendapat rakyat secara langsung yang menyatakan setuju/ tidak setuju terhadap kehendak MPR untuk mengubah UUD 1945. 
  • UUD 1945 telah diamandemen sebanyak 4 kali. 
  • Undang-undang Agrarua (Agrarische Wet) pada tahun 1870 dimaksudkan untuk melindungi hak milik tanah pertanian dari kaum penyewa tanah Eropa. Pemilik modal asing hanya boleh menyewa tanah selama 75 tahun. 
  • Perang puputan adalah perang sampai titik darah penghabisan. 
  • PUTERA atau Pusat Tenaga Rakyat dibentuk oleh Jepang untuk membantunya dalam perang melawan Sekutu. Empat pemimpin PUTERA adalah: Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K. H. Mas Mansyur. 
  • Indonesia pertama kali dijajah oleh Portugis pada tahun 1511. Kala itu, Alfonso d' Albuquerque, seorang raja muda Portugis, berhasil merebut Malaka dari tangan Sultan Mahmud. 
  • Rasuna Said adalah pahlawan wanita dari Padang, Sumatera Barat. Ia adalah pahlawan kemerdekaan dan kesetaraan gender di Indonesia. 
  • Trias atau Trilogi Van de Venter meliputi edukasi, irigasi dan transmigrasi. Van de Venter menyatakan bahwa bangsa Belanda berhutang budi kebada bangsa Indonesia. Trilogi Van de Venter adalah cara untuk membalas budi kepada bangsa Indonesia. 
Sekian dulu belajar untuk TWK-ku hari ini. Lama-lama ngantuk juga nih. Hoaaahhhmmm...
*kebiasaan deh kalo belajar sejarah pasti ngantuk.... 

Buat semua yang juga sedang berjuang untuk tes CPNS 2014 tahun ini, semangattt!!!!


P.S. lihat cerita di blog seputaran riset dan kerjaanku disini nih!

Rabu, 10 September 2014

Kisahku jadi penyiar radio

Jaman sekolah SMA dulu, aku suka sekali mendengarkan radio. Radio OZ-103.1FM adalah radio favoritku di Bandung. Sejak dulu, aku tidak suka berbicara di depan publik. Lebih-lebih menjadi penyiar radio. Nampaknya, tidak ada bakatku disana.

Sewaktu aku pergi kuliah ke Belanda, aku sudah tahu kalau ada radio yang namanya Radio PPI Dunia. Kebetulan, ada beberapa kawan dan kenalan yang menjadi penyiar disana. Sesekali aku mengunjungi website radio online tersebut. Seru memang. Disamping para pendengarnya yang adalah student dari berbagai penjuru dunia, penyiarnya juga adalah pelajar-pelajar Indonesia yang sedang melanglang buana bersekolah di negeri-negeri asing.

Dengan tagline-nya "Radio PPI Dunia, suara anak bangsa, satu cinta, satu Indonesia", radio ini banyak mengusung acara-acara seru, menghibur dan juga menginformasi. Setiap bulan, radio ini juga punya tagline bulanan yang tematik. Bulan pahlawan untuk Agustus dan bulan hari ibu untuk Desember, misalnya.

Di awal tahun ke-3 riset PhD-ku, aku merasa jenuh dengan keseharianku di Belanda. Iseng-iseng saja kutengok website Radio PPI Dunia. Mula-mula, aku tak kenal, siapa-siapa saja yang bersiaran. Pun aku tak kenal siapa-siapa orang yang nangkring dan ngobrol di cebe alias CB (chatbox) -nya radio. Lama-kelamaan, aku semakin kenal banyak makhluk-makhluk gaib disana. Banyak aku mendapatkan teman-teman Indonesia sesama pelajar-pelancong.


        
Pengumuman siaran perdanaku
di Radio PPI Dunia. 

Di akhir Agustus 2013, akhirnya kuberanikan diri untuk memasukkan sample rekamanku ke redaksi Radio PPI Dunia. Aku melamar menjadi salah satu Sobat Siar (SS), sapaan akrab penyiar di radio ini. Dengan berbekal PD dan semangat dari kawan-kawanku, terutama maktjik dan SS. Nila, akhirnya aku bisa lolos seleksi dan menjadi penyiar di radio ini.


Setelah mengurus beberapa surat-menyurat, juga ini dan itu, akhirnya aku bersiaran perdana di awal bulan Oktober. Kala itu aku hanya bersiaran memperkenalkan diri, tanya-jawab dengan pendengar, dan memutarkan rikues-rikues lagu. satu segmen siaran adalah 3 jam. Dalam 3 jam ini, seorang sobat siar musti jadi superman. Mulai dari menjadi operator lagu, operator sosial media, sampai menjadi penyiar (pastinya), dijabanin sendirian. Siaran pertamaku bisa dibilang sukses. Sambil memberikan kuis kecil-kecilan, aku bercuap-cuap siaran perdana di loteng bawah tangga rumahku (seperti kamarnya Harry Potter).

DuKun, Dunia Kuliner. Acara mingguan yang selalu kubawakan di Radio PPI Dunia. 
Setelah siaran perdana, aku lalu membawakan acara DuKun, Dunia Kuliner. Acara ini kubawakan mingguan, setiap hari Sabtu jam 00.00 - 03.00 WIB. Artinya, aku harus bersiaran di hari Jumat jam 18.00 - 21.00 di waktu Belanda. Acara DuKun yang kubawakan ini adalah acara yang berhubungan dengan dunia kuliner, mulai dari memasak, makan, sampai kisah-kisah makanan aneh dan unik dari berbagai belahan dunia. Dalam waktu sekejap saja, orang-orang mulai mengidentikkan diriku, si SS Tante, sebagai SS DuKun -- bukan mbah dukun ya.

Walau hanya satu program reguler yang kubawakan di radio ini, aku juga terkadang mengisi waktu-waktu siaran kosong. Kadang hanya memutarkan lagu-lagu request dari pendengar. Kadang aku juga cuap-cuap ngalor-ngidul.

Banner siaran purnaku di Radio PPI Dunia. 

Hanya setengah tahun aku aktif bersiaran di Radio PPI Dunia. Di akhir masa siaranku, aku melakukan 2 siaran purna. Satu untuk acara mingguanku, DuKun, satu lagi untuk siaran purna sepurna-purnanya. Ada salah satu pendengar radio yang rajin mendengarkan aku siaran, walau biasanya aku bersiaran tengah malam waktu Indonesia, bang Bendi namanya. Bang Bendi juga mengisahkan tentang siaran-siaran purnaku di radio kesayanganku ini. Kisah selengkapnya bisa dilihat di website-nya (ini dan ini).

Tidak pernah aku menyesal, begabung dengan keluarga besar Radio PPI Dunia. Walau aku sudah tidak bersiaran disana, sesekali aku masih mengunjungi website-nya untuk menyapa sobat-sobat radio. Banyak sekali pelajaran yang bisa aku ambil kala aktif di radio ini. Disamping aku jadi punya banyak kawan baru, aku juga bisa memenuhi impian kecilku jaman dulu, menjadi penyiar ...

Rabu, 06 Agustus 2014

Memaknai Lebaran di Indonesia

Hari raya Idul Fitri atau yang akrab disebut dengan Hari Lebaran adalah hari perayaan umat Islam setelah 1 bulan berpuasa lamanya. Di Indonesia sendiri, hari ini dirayakan secara besar-besaran. Pasalnya, agama Islam memang agama mayoritas disini.

Lebih dari pemaknaan secara spiritual dan agamis oleh umat Islam, hari raya lebaran dimaknakan sebagai ajang "family time" untuk seluruh umat. Maklum lah, di hari raya lebaran ini hampir semua karyawan/ karyawati memiliki rentang waktu libur dan/ atau cuti yang panjang, yang rata-rata sekitar 1 sampai 2 minggu lamanya. Hal ini tidak terbatas untuk umat Islam saja, lho. Semua kalangan, muda, tua, anak-anak, memiliki waktu libur lebaran. Masa-masa ini sangat mirip dengan "golden week" di Jepang sana, atau "lente/ herfst vacantie" di Belanda.

Hal ini menyebabkan kemacetan dimana-mana, terutama di daerah-daerah wisata. Disamping masa-masa macet kala musim arus mudik dan arus balik lebaran, Indonesia diwarnai kepadatan wisatawan lokal di tempat-tempat wisata, terutama wisata keluarga.

Aku menulis ini, bukan untuk berkeluh-kesah tentang kemacetan yang terjadi di kala musim libur lebaran. Dalam tulisan ini, aku ingin menyorot tentang waktu untuk orang berkumpul dengan keluarga, atau sekedar berlibur bersama di hari libur yang panjang ini. Macet hanyalah efek samping dari libur lebaran saja.

Sekarang lebaran telah usai. Kurasa, pasti banyak orang malas beranjak untuk beraktifitas normal lagi. Ini pun yang kurasakan. Lain halnya kala aku masih tinggal di Belanda. Disana, lebaran tak berasa ada libur lebarannya. Di hari lebaran pun, terkadang aku masih harus pergi ke kantor/ kampus seusai solat Ied. Semoga kita-kita semua yang berlibur lebaran di tanah air, muslim/ non-muslim, tua/ muda, laki/ perempuan, sudah bisa bersabar meninggalkan liburan lebaran kita dan memulai kegiatan rutin non-liburan kita semua. Amien.

Lebaran juga diidentikkan dengan rasa kehilangan. Kehilangan kala berlebaran tanpa orang-tua atau sanak-saudara. Tetapi lebaran adalah momen tahunan yang akan selalu dirindukan. Kalau kita bersilaturahmi dan menikmati liburan panjang.

Selamat Idul Fitri 1435 H
Mohon Maaf Lahir dan Batin

Salam,
Mira & Keluarga.

GIVEAWAY RAMADHAN MASIH DIBUKA, LHO!!

Kamis, 05 Juni 2014

Berpolitik bersama adik kecil

Maudya adalah adik kecilku yang baru berusia 10 tahun dan sedang duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar. Hari ini, sepulang sekolah, dia langsung cuci tangan dan kaki serta berganti pakaian. Sebelum mulai belajar untuk ulangan kenaikan kelas yang berlangsung seminggu ini, kami bersantai-santai menonton berita sambil cemal-cemil.

Maudya, adikku, sang paskibra cilik
yang sedang nyemil sehabis
lomba baris-berbaris se-kota Bandung.
Ketika sedang bersantai sambil nyemil, tetiba dia nyeletuk "Mbak, di kelas kan ada foto presiden dan wakil presiden...". "Trus?" tanyaku. Katanya lagi, "Aku tuh sulit membayangkan, nanti kalau fotonya diganti sama foto Jokowow (sebutannya dia untuk capres Jokowi), gimana ya?". Aku hanya tertawa sambil bertanya, "Lha, emang kenapa kalau presidennya Jokowi?". "Ya, lucu aja gitu. Aku ngebayanginnya, nanti foto presiden pake baju kotak-kotak didalemnya", katanya sambil tertawa. Dalam hati aku mengerti, sepanjang hidupnya, anak ini cuman tau pak SBY saja sebagai presidennya. Sama kaya waktu aku jaman SD dulu, cuman tau pak Soeharto saja yang jadi presiden. Aku paham perasaannya.  

Nah, itulah kira-kira sedikit selorohannya tentang pemilu presiden yang akan berlangsung satu bulan dari sekarang ini. Sambil tetap cemal-cemil, kami terus bersenda gurau, ngobrolin tentang pemilu. Kutanyakan padanya, kira-kira dia mau pilih siapa. Kutanyakan juga, kira-kira siapa yang bakal menangnya. Ada satu hal yang kuamati disana, dia sepertinya condong ke Jokowi. Pasalnya, memang dia tidak terlalu tau tentang capres satunya lagi, Prabowo. Yang dia ingat malah Hatta, sang cawapres pasangan Prabowo. Lucunya lagi, dia tidak menyinggung-nyinggung soal JK. 

Anyway, disini aku tidak ingin kampanye, baik hitam ataupun putih. Maudya adikku adalah contoh orang Indonesia yang terpapar media dan segala pemberitaan-pemberitaan. Untuk kasusnya, dia masih bocah, belum ikut pemilu, keputusannya untuk nyoblos salah satu dari yang lainnya, tidak akan berdampak pada hasil pesta demokrasi pilpres yang akan dilangsungkan satu bulan dari sekarang ini. Bagaimana dengan kita yang punya hak suara ini? Tentunya, kita harus memilih matang-matang, siapa kah pemimpin yang terbaik dari kedua capres untuk memimpin negeri ini. 

Untuk itu, aku ingin mengingatkan kepada kawan-kawan pemilih agar berhati-hati dalam mencerna berita-berita politik terkait kedua capres di masa kampanye ini. Jangan sampai tulisan-tulisan blunder dan memihak dari si media mempengaruhi pilihan anda. Sebaiknya, dikala melihat suatu artikel yang berhubungan dengan para capres, harus dilihat juga, apa medianya. Apakah itu media yang tidak berpihak? Jangan lupa juga dilihat siapa yang punya medianya? Sekarang, media baik elektronik maupun cetak bisa dengan mudah dijadikan sebagai alat politik, lho. 

So, jangan mudah percaya dengan apa-apa yang ditulis di media ya. Apalagi yang menjelek-jelekkan atau terlalu mengagung-agungnkan salah satu capres. Kalau membaca artikel, lihat juga, artikel-artikel lain di media tsb. isinya begituan doang gak? Jangan-jangan, media itu cuman promosiin satu capres doang, tapi jelek-jelekin capres lainnya. Jangan lupa juga, cari informasi dan berbagai media, jangan cuman salah satu saja. Jangan sampai, kita-kita yang terpelajar ini, menjadi berakal pendek karena termakan omongan media. 

Selamat berpesta demokrasi, Indonesia! Semoga siapapun presidennya, Indonesia akan lebih baik lagi. Aamiin!!!

Cimahi, 4 Juni 2014
Penulis yang juga masih bingung mau nyoblos yang mana :D 

P.S. Jangan lupa ikutan giveaway blog ini disini ya!!!

Sabtu, 17 Mei 2014

Seorang muslimah di luar negeri (ed. 4) -- GIVEAWAY

Finale? dan Give-away


Wah, sampai juga aku di tulisanku edisi ke-4 yang bertajuk "seorang muslimah di luar negeri". Kuberi judul finale? di tulisan edisi ini. Mungkinkah ini yang terakhir? who knows...

Hey, di tulisan kali ini, aku ingin berbagi cerita tentang ber-ramadhan di luar negeri. Hal ini dikarenakan bulan Ramadhan akan tiba dalam jangka waktu 1 bulan dari sekarang. Wow, excited banget!!! 

Sebetulnya, di Ramadhan tahun lalu, aku membuat proyek menulis di blog ini. Proyeknya adalah "satu artikel setiap harinya sepanjang bulan Ramadhan". Berikut ini adalah list topiknya:
  1. Marhaban yaa Ramadhan, hilal dan munggahan 
  2. Tidur sehabis sahur dan taktik shaum 19 jam
  3. Ngerumpi sama si Jabrik tentang waktu-waktu shalat 
  4. Bubar pertama di bulan Ramadhan kali ini
  5. Home alone
  6. Berolah raga di bulan Ramadhan
  7. Resep kolak ubi manis ala perantau
  8. Kegiatan centil-centilan
  9. Cara membuat es bul-bul nanas
  10. Vierdaagse feesten
  11. Jalan-jalan ke Cologne
  12. Pasar Ramadhan di Dortmund
  13. Banana cake dan banana muffin
  14. Geng assembly point goes to Nijmegen
  15. Catherine si caterpillar
  16. Supermoon
  17. 15 pencapaian karir yang harus dimiliki setiap orang saat mencapai usia 30 tahun
  18. Seorang kawan yang orang Jepang
  19. Cerita tentang badai
  20. West and east -- Cultural Differences, Antara rendah hati dan rendah diri
  21. Kisah sang mantan pacar
  22. The valley of S#!T
  23. Kangen berlebaran di rumah
  24. Bubar, buka bareng
  25. "Eating Group" di Nijmegen
  26. Paper pertama
  27. Ber-iftar di Lisbon, Portugal
  28. Bunga teratai di Sintra, Portugal
  29. Panasnya...
  30. Berlebaran di Spanyol

Apa hadiahnya? 

Hadiahnya adalah berbagai macam souvenir dari Belanda dan Nijmegen. Ada 20 hadiah tersedia, 2 tempat lilin, 3 magnet kulkas, 5 gantungan kunci, dan 10 kartu pos lengkap dengan perangkonya. Pemenang berhak memilih hadiah yang dia inginkan, sesuai dengan ketersediaan. So, siapa cepat, dia dapat!!!

Oia, hadiah-hadiah akan dikirimkan melalui jasa paket JNE ke seluruh Indonesia :)

     
3 magnet kulkas
     
10 kartu pos dan perangko












          
2 tampat lilin

5 gantungan kunci











Gimana cara ikutannya? 

Cara ikutannya gampang banget: 
  1. Follow blog ini, boleh juga follow twitter-ku di @sleeppink. Buat kawan-kawan yang ingin di-follow balik blog-nya, bisa twitter atau kontak aku ya :) 
  2. Pilah-pilih satu cerita dari 30 list cerita di atas. Pilih satu cerita favoritmu. 
  3. Buat review atau tanggapan dari cerita favoritmu. Sertakan juga alasannya, kenapa kamu suka dengan cerita tersebut. Tidak ada batasan dari panjang tulisan yang kamu buat.
  4. Tuliskan review cerita favoritmu di kolom komentar dibawahnya. Sertakan juga identitasmu, boleh nama, akun blog, atau akun twitter. Sertakan juga hastag #bloggiveaway untuk membedakan dengan komentar biasa. Setelah menuliskan komentarnya, boleh juga kirimkan tweet ke akun-kun di @sleeppink, dengan membubukan #bloggiveaway.
  5. Satu orang hanya boleh mengirimkan satu review/komentar ya!!! :D
Nah, gampang kan cara ikutan giveaway-nya? Ayo, langsung dipilah-pilih ceritanya. Pemenang akan langsung dihubungi oleh yang punya give-away, segera setelah review-nya dibaca. Berhubung hadiahnya terbatas, first come first serve ya! Siapa cepat dia dapat!


P.S. Intip juga blog-blog aku yang lainnya yaa!!
- CupStories
- PopoBear Around the World
- Keluarga Blobberrific

Kamis, 06 Maret 2014

Seorang muslimah di luar negeri (ed. 3)

Bagi seorang muslimah, berhijab adalah hal yang sangat penting, prinsipil dan sensitif. Buatku yang seorang muslimah berjilbab, aku banyak mendapatkan pengalaman baru selama aku tinggal di luar negeri.


Cerita dari Negeri Sakura


Sudah beberapa kali aku mengunjungi negara Jepang. Banyak kota sudah aku kunjungi, mulai dari Tokyo si ibukota sampai ke kota kecil Iwata, kota dimana suamiku pernah bekerja. Jepang selalu memberikan daya tarik tersendiri bagiku. Mungkin karena kesukaanku pada drama-drama mereka. 

Foto sama nona kecil nan kawaii (imut)
di Tokyo Tower. Dia yang minta foto
bareng, lho!


Berjilbab di negeri sakura banyak menimbulkan sensasi aneh bagiku. Bagi mereka, orang Jepang, wanita berjilbab ala Indonesia adalah hal yang unik dan jarang mereka temui. Banyak kali mereka melirikku di jalan kala aku lewat. Melirik tapi tanpa memberikan tatapan menghakimi. Mereka orangnya baik-baik dan ramah, walaupun agak kaku. 

Pernah suatu kali aku dan suamiku makan di restoran yang menyajikan udon, mie ala Jepang. Disana, suamiku sibuk memesan makanan pada pramusaji dan memastikan bahwa tidak ada kandungan babi dalam makanan yang dipesannya dengan bahasa jepangnya yang fasih. Di sebelah kami, duduklah sepasang suami-istri yang juga sedang makan bersama. Istrinya bertanya pada suaminya, kenapa kami tidak makan babi. Suaminya menjelaskan bahwa kami itu adalah muslim, dan kami tidak makan babi. Buatku, itu adalah sapaan hangat dari sang suami. Aku senang karena dia melihat jilbabku, dia kemudian mengenali aku sebagai seorang muslim. 

Pernah juga kami makan di restoran sushi. Ya, sushi adalah salah satu makanan favoritku. Kali itu kami makan di kedai sushi tradisional Jepang. Restoran tersebut terletak di jalanan kecil samping stasiun kereta. Lain dengan restoran sushi putar, kami bisa melihat dengan jelas sang bapak koki sushi membuat pesanan kami. Kami juga bisa berbincang-bincang dengan sang koki. Sebetulnya suamiku lah yang berbincang dengannya. Aku hanya pasif mendengarkan sambil berusaha mengerti sedikit-sedikit dengan kemampuan bahasa Jepangku yang seadanya. 

Setelah banyak pertanyaan dan jawaban dilontarkan satu sama lain, akhirnya sang bapak tau bahwa kami adalah muslim Indonesia. Singkat cerita, akhirnya dia bertanya padaku, "Gak panas ya pakai itu (sambil menaruh tangannya di kepala)?". Kubilang "tidak". Ya pak, sumuk sih sumuk, apalagi kalau musim panas. Tapi kan enak, anget kalo musim dingin. Lagi, sebetulnya kan sekarang banyak sekali jilbab yang berbahan adem. Kuminta suamiku mentranslasi jawabanku pada si bapak koki sushi. Dia kemudian tersenyum padaku sambil mengacungkan dua jempolnya. 


Berjilbab di negara empat musim 


Ngomong-ngomong soal berjilbab, hanya pengalamanku di Jepang saja yang cukup aneh tapi nyata kala berjilbab. Selama aku berkelana di benua Eropa, tidak banyak hal-hal aneh terjadi padaku karena jilbabku. Pernah saja beberapa muslim lainnya menyapaku di jalan ketika berpapasan. Itu saja.

Kostumku di negeri 4 musim Belanda:
(atas, ki-ka) musim semi dan musim panas, dan
(bawah, ki-ka) musim dingin dan musim semi. 
Hal ini mungkin dikarenakan banyaknya warga pendatang di benua biru itu. Ada yang datangnya dari negeri-negeri muslim di Afrika. Banyak pula pendatang yang asalnya dari Turki. Oleh karena itu, pemandangan wanita berjilbab sudah bukan hal yang asing lagi.

Oia, kalau pengalamanku di Belanda lain lagi. Sebetulnya, mungkin dengan atau tanpa berjilbab, orang lokal Belanda bisa mengenaliku sebagai orang Indonesia. Yah, maklum lah, dengan sejarah panjang antara Indonesia dan Belanda, orang-orang Belanda bisa dengan mudah mengenali orang Indonesia.

Ada juga cerita lucu tentang cara berjilbab orang Indonesia. Pernah suatu kali aku mengikuti konferensi internasional di Brussels, Belgia. Konferensi tersebut berisikan para peneliti dan orang-orang pemerintahan dari ASEAN dan juga EU (European Union). Banyak sekali mbak-mbak cantik berjilbab yang datang --kalau tidak salah-- dari kementrian pendidikan RI.

Di sela-sela konferensi, di kala coffee break berlangsung, salah seorang Eropa menghampiriku dan bertanya, "apakah jilbab-jilbab di Indonesia selalu semeriah itu?". Kurasa dia bertanya-tanya karena jilbab si mbak-mbak yang cukup heboh, dengan corak dan warna-warni cerah pula.

Kujawab saja sebaik-baiknya, bahwa, tidak semua jilbab semeriah itu. Itu hanya bagian dari trend orang-orang berjilbab yang lagi hit sekarang ini di Indonesia. Percakapan kami pun berlangsung sampai ke pertanyaan prinsipil soal berjilbab. Aku kemudian berusaha menjelaskan bahwa kami, para muslimah, berjilbab untuk menutup aurat, dan menjaga kehormatan kami dan siapa pun yang melihat kami, terutama kaum pria.

Ada satu pertanyaan retorikal dan lucu yang kemudian dilontarkannya. Kalau memang niatnya bagus begitu, kenapa kok para wanita berjilbab warna-warni itu jadi terlihat semakin cerah dan semakin memikat kaum pria? Haha, lucunya. Bukan seorang muslim saja bisa berpikiran sejauh itu. Aku kemudian hanya menjawabnya dengan tertawa saja. Duh, nyindirnyanya bisa aja nih si bapak.

Cerita tentang percakapanku diatas dengan si bapak Eropa itu dapat menggambarkan betapa terbukanya pemikiran orang Barat, terutama Eropa, dengan para muslimah dan jilbabnya.


Sebetulnya masih banyak cerita tentang berjilbab sebagai muslimah di luar negeri. Tapi kalau diceritakan semua, bisa jadi novel sendiri kali ya. Jadi, sekian dulu deh tulisan kali ini. Lain kali, akan disambung dengan kisang seorang muslimah di luar negeri edisi lainnya :) 

Rabu, 12 Februari 2014

Seorang muslimah di luar negeri (ed. 2)

Mushala adalah suatu ruangan yang disediakan di tempat-tempat umum untuk para muslim melaksanakan ibadah shalat. Di Indonesia, mushala bisa ditemukan di berbagai tempat. Ada mushala berukuran kecil atau besar, ada yang bersih dan cukup/ kurang bersih. Ada pula yang disatukan atau dipisahkan antara mushala pria dan wanita-nya. 

Kalau sedang nge-mall di Indonesia, biasanya aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Memang aku senang dengan kegiatan window shopping atau shopping, tetapi alasan aku berlama-lama di mall adalah juga karena jalanan yang macet. Ya, jalanan macet. Kalau perjalanan dari rumah untuk sampai ke mall saja memerlukan waktu 2 jam, masa aku mau berdiam disana hanya 1 jam? Alhasil, biasanya aku harus shalat di mall. Entah itu dzuhur, ashar atau maghrib. 

Hey, kalau kita lihat, biasanya mushalla di mall itu, kecil, sempit dan agak lembab karpetnya akibat kaki-kaki basah yang menapakinya sehabis wudhu. Belum lagi tempat wudlu-nya yang, maaf, terkadang terlihat kurang higienis. 

Yuk kita bandingkan mushala mall Indonesia dengan mushala yang aku temukan di luar negeri!


Mushala di kampusku, Radboud University Nijmegen


Di kampusku di Belanda terdapat satu gedung yang bernama Studentenkerk, yang artinya gereja (kerk) para pelajar (student). Walau gedung ini diberi nama kerk atau gereja, disana juga terdapat ruang meditasi, ruang memasak dan makan, ruang kumpul-kumpul untuk para siswa, dan tidak ketinggalan mushala. 

Suasana ruang masak dan kumpul-kumpul. Maaf, tidak punya foto ruang mushala, maklum tak pernah berniat untuk foto-foto di mushala kampus :D 

Seluruh gedung didesain untuk kedap suara, baik dari dalam maupun dari luar gedung. Masing-masing ruangan pun kedap suara. kalau kita berada di dalam satu ruangan, kita tidak akan terganggu oleh bising dari ruangan yang lainnya. Alhasil, beribadah pun jadi lebih tenang dan khusyuk. 

Ngomong-ngomong soal mushala-nya, disana tempat shalat pria dan wanita dipisahkan dengan sekat gorden yang menjulang dari langit-langit sampai ke lantai. Oleh karenanya, pria dan wanita jadi tidak bisa mengintip-ngintip. Tempat wudlu-nya juga dipisahkan dalam ruangan yang berbeda. 

Di ruangan tempat wudlu, disediakan kursi dan rak sepatu. Selain itu, sabun untuk mencuci tangan dan tissue untuk mengelap wajah pun disiapkan. Dilengkapi dengan keset super absorban dan sendal jepit yang dapat digunakan bersama, karpet mushala jadi tidak mudah lembab. Oia, ada lagi yang penting yang disiapkan disana, sebuah cermin yang terlalu tinggi letaknya untuk ukuran tinggi badanku, dan serangkaian hanger untuk jas musim dingin. 

Di dalam mushala wanita disiapkan satu rak yang penuh dengan mukena-mukena bersih dari berbagai penjuru dunia. Bentuknya dan desainnya macam-macam. Tentu saja, banyak juga terdapat mukena ala Indonesia, disamping mukena-mukena turki dan maroko (disana namanya bukan mukena). Pada rak tersebut juga terdapat buku-buku Islam, Al-quran dan tasbih. Di bawah jendela mushala terdapat jam yang menunjukkan waktu shalat. 

Untuk mushala pria, saya tidak pernah benar-benar melihat kedalamnya. Pernah sekali, saya mengintip melalui tirai sekat mushala, setelah sebelumnya memastikan kalau tidak ada siapa-siapa disana. Kondisinya mirip dengan mushala wanita. hanya minus mukena saja. 

Ada satu hal yang juga mengagumkan dari mushala di kompleks kampusku ini, ada beberapa teknologi ramah lingkungan yang diterapkannya. Lampu di dalam ruang mushala didesain agak keterangan dan keredupannya dapat diatur sesuai dengan keinginan pengguna. Disamping itu, lampu di ruang wudlu dalam menyala dan mati secara otomatis. Keran untuk wudlu juga didesain untuk mengeluarkan air secukupnya. Teknologi-teknologi ini diterapkan di seluruh gedung sehingga kita dapat mengkonservasi air, listrik dan energi. 


Mushala di Bandara Incheon, Seoul, Korea Selatan 


Suasana prayer room di
Bandara Internasional Incheon, Seoul 
Belum pernah aku berwisata di negeri asa SuJu ini, mungkin di masa yang akan datang. Tapi pernah sekali aku transit di bandaranya, Bandara Internasional Incheon, Seoul. Kala itu aku sedang menempuh perjalanan pulang ke Belanda, sehabis mengikuti international conference di Kyoto, Jepang. 

Sebetulnya aku tidak menyangka akan menemukan mushala di bandara ini. Aku sudah merancang waktu agar dapat melaksanakan shalat dzuhurku di pesawat nanti, di-jamak dengan ashar saja, pikirku. Saat berjalan-jalan mencari souvenir Korea Selatan, aku melihat papan informasi yang menunjukkan arah kemana prayer room berada. Kuikuti saja penunjuk jalan itu karena penasaran. Eh, ternyata aku menemukan mushala disana. 

Aku rasa, mushala itu didedikasikan tidak hanya untuk muslim saja, tetapi juga untuk penganut agama lain. Makanya ia dinamai prayer room. Tak disangka tak dinyana, keademan mushala di bandara Incheon ini mirip dengan keademan mushala Mesjid Salman ITB di Bandung. Mungkin karena interiornya yang dilengkapi warna-warna alam dan lantainya yang terbuat dari kayu. Mushala ini sangatlah bersih dan dilengkapi dengan lemari yang berisikan Al-quran dan kitab suci lainnya, serta perlengkapan shalat seperti sarung (lihat gambar). 

Alhamdulillah, untung nemu mushala ini, jadi gak perlu shalat di pesawat untuk sore ini :) 


Selama berkelana di luar negeri dalam waktu 3.5 tahun, memang sering aku shalat di kendaraan selama bepergian. Maklum, tidak banyak mushala yang bisa ditemukan. Tetapi, jikapun ada, mushala-mushala itu sangatlah rapih dan bersih, walaupun fasilitas tersebut disediakan hanya untuk kaum minoritas. Mudah-mudahan di Indonesia yang mayoritas muslim ini, semakin banyak mushala yang bersih dan rapih di mall-mallnya. 

Sabtu, 11 Januari 2014

Seorang muslimah di luar negeri (ed. 1)

Aku ingin berbagi cerita tentang pengalamanku selama tinggal di tanah Eropa sebagai seorang muslimah. Tulisan kali ini adalah kisah kala aku merantau ke negeri Swiss.

Merantau ke Swiss

Di musim semi tahun kemarin, aku ditugaskan oleh project kerjaku untuk melakukan kunjungan studi ke salah satu research center di Martigny, Swiss. Aku pun menghabiskan waktu sekitar 5 minggu disana. Banyak sekali cerita seru yang berhubungan dengan kemuslimahanku.

Martigny adalah salah satu kota di Swiss yang berbahasa Perancis. Kemampuan bahasa Perancisku, nol besar. Aku menemukan banyak kesulitan dalam berkomunikasi dengan penduduk lokal. Belanja di supermarket pun sulit. Apalagi kalau mampir-mampir ke restoran untuk mencari makan.

Stok makanan di kamarku: bawang-bawangan yang tak pernah kupakai; pringles dan sirup untuk snacking time; selai berbagai rasa, botol-botol berisikan saus-saus instan untuk pasta; mie instant halal nemu di supermarket; yoghurt, mentega dan roti; nasi dan pasta instant. 

Kebetulan, kala tinggal disana, aku punya ibu kost yang agak gak asik. Dia sangat rewel dalam hal kebersihan dan kerapihan rumah. Oleh karenanya, aku jadi malas sekali memasak di rumah. Makananku sehari-hari ya cuman buah-buahan dan roti saja. Kalau ingin makan enak, sekali-kali aku pergi ke salah satu restoran Cina di tengah kota. Lumayan, bisa makan nasi. Walau kala memesan banyak pakai bahasa tubuh.

Sebetulnya, sudah lama kutaksir suatu restoran di tengah kota itu. Sebuah restoran Doner & Pizzeria. Hanya, sering kuurungkan niat untuk mengunjunginya. Aku takut daging yang mereka pakai tidak halal.

Suatu hari sehabis kerja pol-polan di kantor, aku pulang dengan kondisi yang super cape di tengah malam. Kala itu aku merasakan lapar yang cukup dashyat. Hari sudah malam. Kalau aku pulang dan masak di rumah, pasti ibu kost ngomel-ngomel. Terpaksa aku harus mencari makan di tengah kota.

Malam itu, keuangan Swiss Franc-ku sudah makin menipis. Ingin sekali rasanya makan nasi di restoran Cina itu. Tapi apalah daya, muahall bo! Yah, namanya juga Swiss. Akhirnya, aku menyebrangi jalan, berpindah dari muka restoran Cina ke restoran Doner & Pizzeria. Pasrah karena keuangan yang menipis dan perut yang lapar, kuberanikan diri masuk ke restoran Doner itu. Pikirku, minimal aku bisa makan pizza vegetarian yang murah.

Ada beberapa pengunjung mengisi kursi-kursi di restoran itu. Kedatanganku disambut oleh senyum hangat dua bapak paruh baya. Satu bapak yang agak gempal sibuk mengiris kebab, satu bapak lainnya sibuk bertransaksi dengan salah seorang pengunjung restoran.

Aku celingak celinguk kebingungan, berdiri seorang diri di depan counter restoran kebab itu. Si bapak kurus, ia sudah selesai melakukan transaksi dan mengantar pengunjung keluar restoran. Ia kemudian menghampiriku, dan menyapa "Assalamualaykum". Terkaget aku, lalu kubalas "Wa'alaykumsalam", kataku.

Si bapak kurus kemudian berkata-kata dalam bahasa Perancis. "Mati-lah! Gak ngerti gue!", pikirku. Langsung kujawab ia dengan bahasa Inggris, "I don't speak French. I am sorry. Can I buy a vegetarian-pizza?" kataku sambil menujuk satu gambar pizza di kertas menu. Ia kemudian mengangguk dan berkata, "Halal", sembari menunjuk label halal di kertas menu.

Ah, Pak. Kenapa gak ditulis besar-besar di jendela luar sih?? Sebelum ia berlalu, aku langsung otomatis berkata "I want a doner box too!". Bisa saja kubatalkan pesanan pizza-ku. Tapi, karena bahasa Inggris si bapak hanya seadanya saja, kuurungkan niat itu. Bisa panjang dan ribet urusannya.

Si bapak tersenyum lagi padaku, dan ia mengangguk. Sepertinya ia mengerti pesananku. Dia kemudian berbincang dengan si bapak yang satunya, bapak yang agak gempal. Mungkin mereka berbincang tentang pesananku dan tentang aku yang adalah seorang muslimah. Si bapak gempal juga tersenyum padaku. Mereka kemudian sibuk mengerjakan pesananku.

Doner box yang bersejarah.

"One doner box, one pizza.", kata si bapak kurus padaku di kasir. Segera kubayarkan nominal yang tertera di bon-ku padanya. "Thank you", katanya. Si bapak gempal pun tersenyum lagi padaku. Kubalas senyuman mereka. Langsung saja aku keluar dari restoran itu dengan hati riang. Sambil tersenyum-senyum sendiri, aku berlari pulang ke rumah. Tak sabar kumakan semua makanan-makanan halal nan sedap itu. Saking aku terlihat girang, sempat juga seorang pemuda tampan tersenyum padaku di jalan. Ah, sepertinya dia menertawakan wajah riangku, atau mungkin memang dia murah senyum.

Di hari-hari berikutnya, sering sekali aku berkunjung ke restoran dua bapak itu. Kadang kucoba menu lainnya, tetapi hatiku selalu tertambat pada doner box mereka. Enak, mengenyangkan dan halal. Di kunjungan-kunjungan selanjutnya, kami sering berbincang-bincang singkat. Tentunya dengan bahasa Inggris yang ala kadarnya.

Pernah suatu kali si bapak sangat riang kala kuceritakan bahwa aku berasal dari Indonesia, negeri yang jauh dari swiss dan turki, negeri asalnya. Aku bercerita bahwa di Indonesia, banyak sekali penduduk muslimnya, tetapi kita hidup berdampingan dengan penganut agama lain. Pernah juga si bapak bercerita bahwa ia ingin sekali pergi Hajj. Kemudian ia juga pernah bercerita bahwa di Lausanne, kota berjarak 15 menit dari sini, banyak sekali warga muslimnya. Ah, sayang aku tak sempat mengunjungi kota itu.

Di hari-hari terakhir, aku merasa tidak kesepian lagi. Tadinya, kupikir aku sendirian saja di kota Swiss berbahasa Perancis ini. Tapi, sekarang aku mengenal dua bapak di toko doner box yang mungkin mereka bersaudara. Kemudian, ada seorang gadis cantik berjilbab yang tersenyum padaku di hari lainnya kala aku pergi berbelanja di supermarket. Sepertinya dia berasal dari daerah Iran. Ada juga seorang ibu yang memberi salam padaku sembali ia mendorong kereta bayinya. Ada juga seorang pemuda muslim dari Mauritania yang mengajakku berbincang kala aku berada di dalam kereta menuju Zurich.

Subhanallah. Memang indah rasanya kala bisa menemukan saudara kita di perantauan. Saudara sesama muslim. 

Kamis, 02 Januari 2014

Hari pertama di tahun yang baru -- 2014

Semalam, ramai sekali riuh suara petasan dan kembang api di dekat rumahku. Dari sejak jam 12 siang sampai jam 1 pagi, tetangga-tetanggaku tak henti-hentinya bermain mesiu. Memang benar, di kala perang pesta kembang api terjadi tepat di jam 00.00, aku sempat mencoba keluar rumah. Wangi mesiu petasan langsung menyengat hidungku. Bunyinya pun tak kalah heboh, 'dar der dor' dimana-mana. Mungkin, beginilah suasana perang di Syria sana. Itu yang terpikir olehku.

Gambar kembang api yang terlihat dari jendela rumahku. 

Tak banyak yang kukerjakan di malam tahun baru kali ini. Sama seperti 2 malam tahun baru sebelumnya, aku hanya leyeh-leyeh di rumah saja. Untuk kali ini, aku menyempatkan cuci-cuci piring dan menyelesaikan proyekku, merajut selimut. Aku juga menyempatkan diri menonton beberapa film 'Marvel'. Tiga judul film kutonton, 'Man of Steel', 'Iron Man 3', dan 'The Avengers'. Memang, sampai semalam, aku belum pernah menonton film-film itu. Aku suka kesemua film-film itu, semuanya sangat menyenangkan untuk ditonton.

Hari pertama di tahun 2014 ini kuisi dengan, lagi-lagi, hal rutin yang kulakukan sehari-hari. Bangun pagi, langsung online, masak bala-bala, kemudian nangkring di ruang keluarga, merajut sambil menonton TV. Seorang diri saja diriku sehari-semalam ini. Semua kawan kosan (housemates) punya acara masing-masing di malam tahun baru. Aku sih, malas ikut keramaian tahun baru. Ingin sendiri rasanya. Perasaan sama yang kurasakan kala ulang tahunku tiba belakangan ini. Perasaan malas merayakan.

Ini dia bubur ayam masakanku.
Tapi ada yang spesial di 1 Januari 2014 ini. Sore hari, aku mengayuh sepeda menuju studentenkerk, tempat beribadah untuk para pelajar Nijmegen. Ada gereja, mushola, sampai tempat meditasi disana. Aku kesana bukan untuk beribadah. Aku kesana untuk berpartisipasi dalam acara 'Meet and Eat', acara berkumpul, memasak, dan makan-makan bersama para pelajar internasional. Kali ini, para pelajar Indonesia berkesempatan menjadi host. Kami memasak bala-bala untuk appetizer, bubur ayam untuk main course dan pisang-keju-cokelat untuk dessert. Sekali lagi, kami para pelajar Indonesia sukses dalam memasak di ajang Meet and Eat ini, setelah sebelumnya sukses kala menyuguhkan nasi kuning dan tumpeng serta es-campur.




Yah, malam tahun baru adalah hari dimana kita menganti kalender, dari yang lama ke yang baru. Aku tak pernah ingin menghakimi orang yang ingin merayakannya. Aku pun terkadang merayakannya, dengan teman atau keluarga. Tak juga aku ingin menghakimi orang yang membuat 'resolusi tahun baru'. Tak pernah aku membuatnya. Bagiku itu terlalu klise. Walau aku tak merayakan tahun baru secara meriah, aku tetap menghormati orang-orang yang sangat bergairah merayakannya.

Selamat tahun baru 2014! Selamat mengganti kalender anda :D