Sudah sekitar seminggu ini, news feed FB-ku diramaikan dengan postingan kawan-kawan tentang video youtube yang bertajuk "West and East, cultural differences". Menarik juga kutonton 2 bagian video tersebut. Walau masing-masing video berdurasi sekitar 45 menit, gak sia-sia kutonton mereka sampai habis. Berikut, kubagi link dari video-video tersebut. Kalau punya waktu 1,5 jam, asyik juga nontonnya. Kita bisa mengerti bahwa memang secara kultural orang timur dan orang barat itu berbeda.
Jadi mau buat pengakuan dosa nih. Karena, sambil menonton video ini aku masih di kantor. Tapi jadi seneng, karena bisa sambil berdiskusi dengan teman seruanganku, si Jabrik -- sebenernya rambut dia udah gak jabrik lagi, tapi udah gondrong.
Berikut ini, aku mau menuliskan sedikit refleksiku tentang pengalaman-pengalaman pribadiku, terutama setelah tinggal di negeri asing selama lebih dari 2 tahun. Adapun cerita ini ditulis sambil ngalor-ngidul dan ngantuk menunggu waktu makan sahur. Enjoy!
West and East -- Cultural differences
Antara rendah hati dan rendah diri
Orang timur itu, rasanya paling awkward kalo dipuji. Orang barat, kalau mereka dipuji, langsung bilang terima kasih. Selesai perkara. Kalau orang timur, pasti pake acara mengelak dan mengeles. Berkali-kali aku kebingungan kala dipuji teman bule-ku. Kadang aku sampai penasaran dan bertanya sama mereka, "kalau dipuji, harus bilang apa sih kita?". Semua selalu menjawab, ya bilang aja "terima kasih, gampang kan?". Itu lah, enaknya jadi orang Barat, kalau dipuji, tinggal bilang thank's terus beres deh urusan. Masa bodo kalau pujiannya itu benar-benar pujian atau cuman basa-basi saja.
Masih berhubungan dengan pujian, kayaknya orang timur relatif kebingungan saat dipuji karena memang kultur kita mengajarkan untuk tidak sombong alias rendah hati. Sikap rendah hati ini yang kadang berujung tidak bagus ke rendah diri.
Kala orang barat diajarkan sedari kecil untuk menjadi orang yang mandiri, orang timur dibesarkan untuk menjadi insan sosial. Hal ini juga menyebabkan indikasi keberhasilan orang barat dan timur menjadi berbeda. Orang barat berusaha untuk menjadi mandiri dan sukses dengan menunjukkan kemampuannya secara PD alias percaya diri. Sukses di kultur barat berarti kebahagiaan personal masing-masing orang. Sedangkan sukses di mata kultur ketimuran berarti kebahagiaan perorangan yang diiringi dengan kebahagiaan orang-orang lain di sekitarnya.
Balik lagi ke cerita soal rendah hati dan rendah diri-nya orang timur. Kultur orang timur saat rapat itu, pasti hening pas acara tanya jawab. Kayaknya, pada males ngomong gitu orang-orangnya. Tapi mungkin bukan karena itu saja, lho. Ini juga bisa jadi disebabkan oleh kultur kita yang terbangun seperti itu. Kultur yang mengajarkan "ya mbok kalo ngomong itu yang penting-penting saja". Ini adalah satu perbedaan fundamental antara orang barat dan timur. Di video juga diceritakan kalau pendidikan di kultur barat didasarkan pada "diskusi" dan "debat". Sedang filosofi ketimuran mengajarkan kita kalau "tong kosong nyaring bunyinya".
Eh, gak sampe-sampe deh ke cerita soal rendah hati dan rendah diri.
Pada musim dingin tahun kemarin aku berkesempatan untuk berpartisipasi dalam "ASEAN-EU Year of Science, Technology and Innovation". di Brussels. Disana, ada satu sesi dimana aku dan mahasiswa (PhD dan post-doc) ASEAN yang sedang belajar di Eropa dengan pendanaan EU berdiskusi dengan petinggi-petinggi dari EU board of education. Disana kami diminta untuk bertukar pikiran dengan mereka tentang hal-hal yang bisa dilakukan untuk memajukan riset di kawasan ASEAN.
Kebanyakan dari kami mengeluhkan tentang sulitnya pendanaan atau tidak lengkapnya fasilitas pendukung penelitian di negaranya masing-masing. Pokoknya isinya keluhan dan yang negatif-negatif deh. Hati kecilku jadi tergelitik, "apa masa iya sih cuman karna itu saja kita jadi gak maju-maju risetnya?". Karena aku merasa sedikit prihatin dengan sudut pandang kita yang sempit, langsung saja aku unjuk tangan.
Dengan sedikit gugup di awalnya, aku berkata dengan jelas bahwa ada satu masalah penting yang harus dibenahi di diri peneliti muda ASEAN. Terkadang, kita itu terlalu rendah diri, "inferiority complex" itu kata yang kupakai saat itu. Iya gak sih, terkadang, disamping kesemrawutan fasilitas riset di negara kita, kemampuan kita juga kadang terredam akan ketidak PD-an kita saat dibandingkan dengan kemampuan orang barat misalnya.
Maka dari itu, sudah seharusnya kita belajar PD. Jual-lah diri kita ke orang-orang barat itu. Tunjukkan kemampuan-kemampuan positif kita pada mereka. Tunjukkan kalau kita bisa juga sejajar dengan mereka dalam segala hal. Dengan begitu mereka bisa juga melihat kita dengan sejajar. Saat segelintir orang barat memandang remeh kita orang timur, mungkin itu salah kita lho. Bukan salah mereka yang menganggap kita rendah. Tetapi itu salah kita yang menganggap diri kita sendiri rendah.
Sebagai orang timur, kita bisa melihat sikap "pendiam" kita dalam rapat atau sikap "awkward" saat dipuji sebagai bentuk rendah hati. Tapi, bagi orang barat, mereka terkadang melihat kita sebagai orang yang rendah diri, lho. Makanya, sebagai orang timur, ada baiknya kita lebih "speak up" dan frontal saat mengemukakan pendapat. Yok, sama-sama berlatih mengemukakan pendapat yang sehat!!!
Eh, jangan lupa ditonton videonya kalau sempat. Aku rasa, presentasi dari hasil riset mengenai perbedaan kultur barat dan timur yang digambarkan, asik banget untuk ditonton. Setelah nonton video ini, aku jadi kayak tercerahkan gitu deh. Jadi makin mengerti kalau memang perbedaan kultural antara barat dan timur itu ada. Bukan hanya ada, tapi sangat fundamental. Dari video ini, aku juga bisa makin memahami akan perbedaan kultur yang ada antara kedua belahan sisi dunia ini, dan semakin bisa belajar untuk bertoleransi akan perbedaan yang ada.
Jadi mau buat pengakuan dosa nih. Karena, sambil menonton video ini aku masih di kantor. Tapi jadi seneng, karena bisa sambil berdiskusi dengan teman seruanganku, si Jabrik -- sebenernya rambut dia udah gak jabrik lagi, tapi udah gondrong.
Berikut ini, aku mau menuliskan sedikit refleksiku tentang pengalaman-pengalaman pribadiku, terutama setelah tinggal di negeri asing selama lebih dari 2 tahun. Adapun cerita ini ditulis sambil ngalor-ngidul dan ngantuk menunggu waktu makan sahur. Enjoy!
West and East -- Cultural differences
Antara rendah hati dan rendah diri
Orang timur itu, rasanya paling awkward kalo dipuji. Orang barat, kalau mereka dipuji, langsung bilang terima kasih. Selesai perkara. Kalau orang timur, pasti pake acara mengelak dan mengeles. Berkali-kali aku kebingungan kala dipuji teman bule-ku. Kadang aku sampai penasaran dan bertanya sama mereka, "kalau dipuji, harus bilang apa sih kita?". Semua selalu menjawab, ya bilang aja "terima kasih, gampang kan?". Itu lah, enaknya jadi orang Barat, kalau dipuji, tinggal bilang thank's terus beres deh urusan. Masa bodo kalau pujiannya itu benar-benar pujian atau cuman basa-basi saja.
Masih berhubungan dengan pujian, kayaknya orang timur relatif kebingungan saat dipuji karena memang kultur kita mengajarkan untuk tidak sombong alias rendah hati. Sikap rendah hati ini yang kadang berujung tidak bagus ke rendah diri.
Kala orang barat diajarkan sedari kecil untuk menjadi orang yang mandiri, orang timur dibesarkan untuk menjadi insan sosial. Hal ini juga menyebabkan indikasi keberhasilan orang barat dan timur menjadi berbeda. Orang barat berusaha untuk menjadi mandiri dan sukses dengan menunjukkan kemampuannya secara PD alias percaya diri. Sukses di kultur barat berarti kebahagiaan personal masing-masing orang. Sedangkan sukses di mata kultur ketimuran berarti kebahagiaan perorangan yang diiringi dengan kebahagiaan orang-orang lain di sekitarnya.
Balik lagi ke cerita soal rendah hati dan rendah diri-nya orang timur. Kultur orang timur saat rapat itu, pasti hening pas acara tanya jawab. Kayaknya, pada males ngomong gitu orang-orangnya. Tapi mungkin bukan karena itu saja, lho. Ini juga bisa jadi disebabkan oleh kultur kita yang terbangun seperti itu. Kultur yang mengajarkan "ya mbok kalo ngomong itu yang penting-penting saja". Ini adalah satu perbedaan fundamental antara orang barat dan timur. Di video juga diceritakan kalau pendidikan di kultur barat didasarkan pada "diskusi" dan "debat". Sedang filosofi ketimuran mengajarkan kita kalau "tong kosong nyaring bunyinya".
Eh, gak sampe-sampe deh ke cerita soal rendah hati dan rendah diri.
Pada musim dingin tahun kemarin aku berkesempatan untuk berpartisipasi dalam "ASEAN-EU Year of Science, Technology and Innovation". di Brussels. Disana, ada satu sesi dimana aku dan mahasiswa (PhD dan post-doc) ASEAN yang sedang belajar di Eropa dengan pendanaan EU berdiskusi dengan petinggi-petinggi dari EU board of education. Disana kami diminta untuk bertukar pikiran dengan mereka tentang hal-hal yang bisa dilakukan untuk memajukan riset di kawasan ASEAN.
Kebanyakan dari kami mengeluhkan tentang sulitnya pendanaan atau tidak lengkapnya fasilitas pendukung penelitian di negaranya masing-masing. Pokoknya isinya keluhan dan yang negatif-negatif deh. Hati kecilku jadi tergelitik, "apa masa iya sih cuman karna itu saja kita jadi gak maju-maju risetnya?". Karena aku merasa sedikit prihatin dengan sudut pandang kita yang sempit, langsung saja aku unjuk tangan.
Dengan sedikit gugup di awalnya, aku berkata dengan jelas bahwa ada satu masalah penting yang harus dibenahi di diri peneliti muda ASEAN. Terkadang, kita itu terlalu rendah diri, "inferiority complex" itu kata yang kupakai saat itu. Iya gak sih, terkadang, disamping kesemrawutan fasilitas riset di negara kita, kemampuan kita juga kadang terredam akan ketidak PD-an kita saat dibandingkan dengan kemampuan orang barat misalnya.
Maka dari itu, sudah seharusnya kita belajar PD. Jual-lah diri kita ke orang-orang barat itu. Tunjukkan kemampuan-kemampuan positif kita pada mereka. Tunjukkan kalau kita bisa juga sejajar dengan mereka dalam segala hal. Dengan begitu mereka bisa juga melihat kita dengan sejajar. Saat segelintir orang barat memandang remeh kita orang timur, mungkin itu salah kita lho. Bukan salah mereka yang menganggap kita rendah. Tetapi itu salah kita yang menganggap diri kita sendiri rendah.
Sebagai orang timur, kita bisa melihat sikap "pendiam" kita dalam rapat atau sikap "awkward" saat dipuji sebagai bentuk rendah hati. Tapi, bagi orang barat, mereka terkadang melihat kita sebagai orang yang rendah diri, lho. Makanya, sebagai orang timur, ada baiknya kita lebih "speak up" dan frontal saat mengemukakan pendapat. Yok, sama-sama berlatih mengemukakan pendapat yang sehat!!!
Eh, jangan lupa ditonton videonya kalau sempat. Aku rasa, presentasi dari hasil riset mengenai perbedaan kultur barat dan timur yang digambarkan, asik banget untuk ditonton. Setelah nonton video ini, aku jadi kayak tercerahkan gitu deh. Jadi makin mengerti kalau memang perbedaan kultural antara barat dan timur itu ada. Bukan hanya ada, tapi sangat fundamental. Dari video ini, aku juga bisa makin memahami akan perbedaan kultur yang ada antara kedua belahan sisi dunia ini, dan semakin bisa belajar untuk bertoleransi akan perbedaan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar