Rabu, 12 Februari 2014

Seorang muslimah di luar negeri (ed. 2)

Mushala adalah suatu ruangan yang disediakan di tempat-tempat umum untuk para muslim melaksanakan ibadah shalat. Di Indonesia, mushala bisa ditemukan di berbagai tempat. Ada mushala berukuran kecil atau besar, ada yang bersih dan cukup/ kurang bersih. Ada pula yang disatukan atau dipisahkan antara mushala pria dan wanita-nya. 

Kalau sedang nge-mall di Indonesia, biasanya aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Memang aku senang dengan kegiatan window shopping atau shopping, tetapi alasan aku berlama-lama di mall adalah juga karena jalanan yang macet. Ya, jalanan macet. Kalau perjalanan dari rumah untuk sampai ke mall saja memerlukan waktu 2 jam, masa aku mau berdiam disana hanya 1 jam? Alhasil, biasanya aku harus shalat di mall. Entah itu dzuhur, ashar atau maghrib. 

Hey, kalau kita lihat, biasanya mushalla di mall itu, kecil, sempit dan agak lembab karpetnya akibat kaki-kaki basah yang menapakinya sehabis wudhu. Belum lagi tempat wudlu-nya yang, maaf, terkadang terlihat kurang higienis. 

Yuk kita bandingkan mushala mall Indonesia dengan mushala yang aku temukan di luar negeri!


Mushala di kampusku, Radboud University Nijmegen


Di kampusku di Belanda terdapat satu gedung yang bernama Studentenkerk, yang artinya gereja (kerk) para pelajar (student). Walau gedung ini diberi nama kerk atau gereja, disana juga terdapat ruang meditasi, ruang memasak dan makan, ruang kumpul-kumpul untuk para siswa, dan tidak ketinggalan mushala. 

Suasana ruang masak dan kumpul-kumpul. Maaf, tidak punya foto ruang mushala, maklum tak pernah berniat untuk foto-foto di mushala kampus :D 

Seluruh gedung didesain untuk kedap suara, baik dari dalam maupun dari luar gedung. Masing-masing ruangan pun kedap suara. kalau kita berada di dalam satu ruangan, kita tidak akan terganggu oleh bising dari ruangan yang lainnya. Alhasil, beribadah pun jadi lebih tenang dan khusyuk. 

Ngomong-ngomong soal mushala-nya, disana tempat shalat pria dan wanita dipisahkan dengan sekat gorden yang menjulang dari langit-langit sampai ke lantai. Oleh karenanya, pria dan wanita jadi tidak bisa mengintip-ngintip. Tempat wudlu-nya juga dipisahkan dalam ruangan yang berbeda. 

Di ruangan tempat wudlu, disediakan kursi dan rak sepatu. Selain itu, sabun untuk mencuci tangan dan tissue untuk mengelap wajah pun disiapkan. Dilengkapi dengan keset super absorban dan sendal jepit yang dapat digunakan bersama, karpet mushala jadi tidak mudah lembab. Oia, ada lagi yang penting yang disiapkan disana, sebuah cermin yang terlalu tinggi letaknya untuk ukuran tinggi badanku, dan serangkaian hanger untuk jas musim dingin. 

Di dalam mushala wanita disiapkan satu rak yang penuh dengan mukena-mukena bersih dari berbagai penjuru dunia. Bentuknya dan desainnya macam-macam. Tentu saja, banyak juga terdapat mukena ala Indonesia, disamping mukena-mukena turki dan maroko (disana namanya bukan mukena). Pada rak tersebut juga terdapat buku-buku Islam, Al-quran dan tasbih. Di bawah jendela mushala terdapat jam yang menunjukkan waktu shalat. 

Untuk mushala pria, saya tidak pernah benar-benar melihat kedalamnya. Pernah sekali, saya mengintip melalui tirai sekat mushala, setelah sebelumnya memastikan kalau tidak ada siapa-siapa disana. Kondisinya mirip dengan mushala wanita. hanya minus mukena saja. 

Ada satu hal yang juga mengagumkan dari mushala di kompleks kampusku ini, ada beberapa teknologi ramah lingkungan yang diterapkannya. Lampu di dalam ruang mushala didesain agak keterangan dan keredupannya dapat diatur sesuai dengan keinginan pengguna. Disamping itu, lampu di ruang wudlu dalam menyala dan mati secara otomatis. Keran untuk wudlu juga didesain untuk mengeluarkan air secukupnya. Teknologi-teknologi ini diterapkan di seluruh gedung sehingga kita dapat mengkonservasi air, listrik dan energi. 


Mushala di Bandara Incheon, Seoul, Korea Selatan 


Suasana prayer room di
Bandara Internasional Incheon, Seoul 
Belum pernah aku berwisata di negeri asa SuJu ini, mungkin di masa yang akan datang. Tapi pernah sekali aku transit di bandaranya, Bandara Internasional Incheon, Seoul. Kala itu aku sedang menempuh perjalanan pulang ke Belanda, sehabis mengikuti international conference di Kyoto, Jepang. 

Sebetulnya aku tidak menyangka akan menemukan mushala di bandara ini. Aku sudah merancang waktu agar dapat melaksanakan shalat dzuhurku di pesawat nanti, di-jamak dengan ashar saja, pikirku. Saat berjalan-jalan mencari souvenir Korea Selatan, aku melihat papan informasi yang menunjukkan arah kemana prayer room berada. Kuikuti saja penunjuk jalan itu karena penasaran. Eh, ternyata aku menemukan mushala disana. 

Aku rasa, mushala itu didedikasikan tidak hanya untuk muslim saja, tetapi juga untuk penganut agama lain. Makanya ia dinamai prayer room. Tak disangka tak dinyana, keademan mushala di bandara Incheon ini mirip dengan keademan mushala Mesjid Salman ITB di Bandung. Mungkin karena interiornya yang dilengkapi warna-warna alam dan lantainya yang terbuat dari kayu. Mushala ini sangatlah bersih dan dilengkapi dengan lemari yang berisikan Al-quran dan kitab suci lainnya, serta perlengkapan shalat seperti sarung (lihat gambar). 

Alhamdulillah, untung nemu mushala ini, jadi gak perlu shalat di pesawat untuk sore ini :) 


Selama berkelana di luar negeri dalam waktu 3.5 tahun, memang sering aku shalat di kendaraan selama bepergian. Maklum, tidak banyak mushala yang bisa ditemukan. Tetapi, jikapun ada, mushala-mushala itu sangatlah rapih dan bersih, walaupun fasilitas tersebut disediakan hanya untuk kaum minoritas. Mudah-mudahan di Indonesia yang mayoritas muslim ini, semakin banyak mushala yang bersih dan rapih di mall-mallnya.