Tak terasa sudah dua pertiga Ramadhan kita lewati. Tinggal sepuluh hari lagi Ramadhan tahun ini. Mungkin ada banyak dari teman-teman semua yang sudah memulai ibadah itikaf-nya di mesjid ya. Di penghujung 10 hari terakhir Ramadhan ini, mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan yuuk :D mumpung usia masih ada.
Di edisi tulisan hari ini, aku mau cerita sedikit tentang mantan pacarku. Secara, hari ini, 30 Juli, bertepatan dengan hari ulang tahunnya.
Kisah sang mantan pacar
Pertama kali, aku bertemu dengannya saat melaksanakan kerja praktek (KP) lapangan di PT. Badak, Bontang, Kalimantan Timur. Dia yang berangkat dari depok dan aku yang berasal dari Bandung bertemu disana pada tanggal 07-07-07. Angka cantik yang mudah diingat.
Sebulan kami lewati bersama di mess asrama untuk pegawai dan intern (mahasiswa KP) PT. Badak. Apartemen Nam-Nam namanya. Rasanya, tidak ada rasa suka terbersit dariku saat kami bersama disana. Bersama teman-teman KP lainnya, kami melewati hari-hari penuh suka duka di asrama. Makan bersama di restoran asrama, sampai berjalan-jalan ke Balikpapan ramai-ramai. BFF lah pokoknya.
Sebulan aku menghabiskan waktu disana bersamanya. Sampai akhirnya aku harus pulang ke Bandung karena masa KP-ku sudah habis. Rupanya, aku membawa oleh-oleh saat pulang ke Bandung. Aku mendapatkan fans baru, dia lah orangnya. Ini kata dia sendiri loh ya, bukan aku yang ke-GR-an. Dia bilang dia mau jadi fans-ku yang no.1.
Komunikasi yang tadinya dilakukan secara langsung antara aku dan dia selama kami bersama di asrama, berubah menjadi komunikasi jarak jauh. Sebulan kami habiskan berkomunikasi antara Bontang dan Bandung. Dua bulan berikutnya, komunikasi berjalan antara Bandung dan Depok. Kala itu dia sudah kembali ke kota belimbingnya, Depok.
Kisah cinta sang mahasiswa teknik metalurgi UI dan teknik fisika ITB ini benar-benar dimulai kala mereka nge-date untuk yang pertama kalinya. Tiga bulan sudah sang mantan itu PDKT secara gencar padaku. Luluh juga aku. Akhirnya kita mulai pacaran secara resmi sejak 5 November 2007. Sekitar 3 tahun kami pacaran, sampai akhirnya harus putus. Sampai akhirnya dia jadi sang mantan pacar.
Rentang waktu pacaran selama 3 tahun itu selalu LDR alias long distance relationship. Antara Bandung dan Depok. Kemudian berubah menjadi Jepang dan Bandung. Kala aku menyelesaikan studi masterku di Bandung, dia mendapatkan tawaran kerja ke Jepang setelah lulus dari UI.
Walau LDR, tapi aku selalu bahagia bersamanya. Kadang-kadang, atau malah seringnya, aku BT karena dia juga sih. Maklum lah, statusnya "in a relationship" tapi gak pernah bisa sang pacar diajak nonton atau makan di luar. Tapi, dia benar-benar sosok yang selalu berusaha ada untukku di masa-masa sulit yang kuhadapi. Dan aku berterima kasih akan itu.
Pada malam hari ulang tahunku, 15 November tahun 2010, dia berkata "Maafkan aku, kau harus menunggu 3 tahun 10 hari ... ". Kutatap wajahnya, wajah sang mantan pacar, dengan penuh syukur dan juga dengan mata berkaca-kaca. Kemudian ia lanjutkan kalimatnya, "... padahal aku berjanji akan menikahimu 3 tahun sejak kita pacaran dulu". Aku tersenyum padanya, kemudian memeluknya. Ada diam yang panjang disitu. Lalu dia berkata, "selamat ulang tahun, istriku".
Di edisi tulisan hari ini, aku mau cerita sedikit tentang mantan pacarku. Secara, hari ini, 30 Juli, bertepatan dengan hari ulang tahunnya.
Kisah sang mantan pacar
Pertama kali, aku bertemu dengannya saat melaksanakan kerja praktek (KP) lapangan di PT. Badak, Bontang, Kalimantan Timur. Dia yang berangkat dari depok dan aku yang berasal dari Bandung bertemu disana pada tanggal 07-07-07. Angka cantik yang mudah diingat.
Sebulan kami lewati bersama di mess asrama untuk pegawai dan intern (mahasiswa KP) PT. Badak. Apartemen Nam-Nam namanya. Rasanya, tidak ada rasa suka terbersit dariku saat kami bersama disana. Bersama teman-teman KP lainnya, kami melewati hari-hari penuh suka duka di asrama. Makan bersama di restoran asrama, sampai berjalan-jalan ke Balikpapan ramai-ramai. BFF lah pokoknya.
Sebulan aku menghabiskan waktu disana bersamanya. Sampai akhirnya aku harus pulang ke Bandung karena masa KP-ku sudah habis. Rupanya, aku membawa oleh-oleh saat pulang ke Bandung. Aku mendapatkan fans baru, dia lah orangnya. Ini kata dia sendiri loh ya, bukan aku yang ke-GR-an. Dia bilang dia mau jadi fans-ku yang no.1.
Komunikasi yang tadinya dilakukan secara langsung antara aku dan dia selama kami bersama di asrama, berubah menjadi komunikasi jarak jauh. Sebulan kami habiskan berkomunikasi antara Bontang dan Bandung. Dua bulan berikutnya, komunikasi berjalan antara Bandung dan Depok. Kala itu dia sudah kembali ke kota belimbingnya, Depok.
Kisah cinta sang mahasiswa teknik metalurgi UI dan teknik fisika ITB ini benar-benar dimulai kala mereka nge-date untuk yang pertama kalinya. Tiga bulan sudah sang mantan itu PDKT secara gencar padaku. Luluh juga aku. Akhirnya kita mulai pacaran secara resmi sejak 5 November 2007. Sekitar 3 tahun kami pacaran, sampai akhirnya harus putus. Sampai akhirnya dia jadi sang mantan pacar.
Rentang waktu pacaran selama 3 tahun itu selalu LDR alias long distance relationship. Antara Bandung dan Depok. Kemudian berubah menjadi Jepang dan Bandung. Kala aku menyelesaikan studi masterku di Bandung, dia mendapatkan tawaran kerja ke Jepang setelah lulus dari UI.
Walau LDR, tapi aku selalu bahagia bersamanya. Kadang-kadang, atau malah seringnya, aku BT karena dia juga sih. Maklum lah, statusnya "in a relationship" tapi gak pernah bisa sang pacar diajak nonton atau makan di luar. Tapi, dia benar-benar sosok yang selalu berusaha ada untukku di masa-masa sulit yang kuhadapi. Dan aku berterima kasih akan itu.
Pada malam hari ulang tahunku, 15 November tahun 2010, dia berkata "Maafkan aku, kau harus menunggu 3 tahun 10 hari ... ". Kutatap wajahnya, wajah sang mantan pacar, dengan penuh syukur dan juga dengan mata berkaca-kaca. Kemudian ia lanjutkan kalimatnya, "... padahal aku berjanji akan menikahimu 3 tahun sejak kita pacaran dulu". Aku tersenyum padanya, kemudian memeluknya. Ada diam yang panjang disitu. Lalu dia berkata, "selamat ulang tahun, istriku".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar